Samarinda | EnterKal — Pemerintah Kota Samarinda terus menunjukkan komitmennya dalam mengatasi kemacetan dan meningkatkan konektivitas perkotaan melalui proyek strategis Terowongan Samarinda, yang juga dikenal dengan nama Terowongan Selili. Proyek ini menjadi infrastruktur jalan bawah tanah pertama di Kalimantan yang menerapkan teknologi modern New Austrian Tunneling Method (NATM).
Dengan panjang 690 meter, terowongan ini menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin dan Jalan Kakap, dua jalur utama yang selama ini kerap mengalami kepadatan lalu lintas. Diharapkan, proyek ini akan menjadi solusi jangka panjang bagi distribusi arus kendaraan serta mendorong pertumbuhan kawasan sekitarnya.
Menggunakan metode NATM — sebuah pendekatan canggih yang memungkinkan pekerjaan terowongan dilakukan lebih fleksibel terhadap kondisi geologis — proyek ini menunjukkan lompatan besar dalam adopsi teknologi konstruksi modern di Kalimantan.
Menurut rencana, proyek ini ditargetkan rampung pada Juni 2025. Saat ini, proses pembangunan telah mencapai tahap struktur utama dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah, kementerian terkait, dan tenaga ahli teknik sipil.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, sebelumnya menyatakan bahwa pembangunan terowongan ini adalah bagian dari visi besar penataan kota modern dan berkelanjutan. “Kami ingin Samarinda menjadi kota percontohan pembangunan infrastruktur cerdas di luar Pulau Jawa,” ujarnya dalam pernyataan beberapa waktu lalu.
Terowongan Selili bukan hanya jawaban atas tantangan lalu lintas kota, tetapi juga menjadi simbol kemajuan teknologi konstruksi di Kalimantan. Dengan penyelesaian yang dijadwalkan pertengahan 2025, proyek ini diharapkan mendorong efisiensi mobilitas urban serta menjadi rujukan proyek-proyek serupa di wilayah Indonesia lainnya.
Editor: Redaksi EnterKal | Sumber: Pemkot Samarinda, Dinas PU Samarinda