Jumat, Juli 18, 2025
spot_imgspot_img

Headline Mingguan

spot_imgspot_img

Berita Terkait

Bawa Embermu Kawan

Bawa embermu, kawan, begitulah istilah yang beredar dalam dunia tinju. Bukan sembarang istilah, ini adalah pekerjaan penting namun sering tak dianggap. Tugasnya? Membawa ember buat sang petinju meludah dan kumur saat jeda ronde. Tampaknya sepele, tapi coba bayangkan kalau si petinju tak punya tempat meludah, apa harus dikantongin?

Dalam dunia pertinjuan, tim yang mendampingi petinju di sudut ring tak cuma pelatih. Ada cutman (yang mengobati luka), cornerman (yang memberi strategi dan semangat), dan tentu saja si pembawa ember, penampung ludah sejati. Semua masuk dalam “tim ring 1” karena mereka berada paling dekat secara fisik dan emosional dengan petarung. Tapi kedekatan tak selalu berarti kemuliaan, bukan?

Nah, dalam dunia politik, tim sukses alias timses juga punya lingkaran-lingkaran. Ada Ring 1, para penasihat, juru strategi, dan keluarga dekat yang suaranya bergema langsung di kepala sang calon. Ada Ring 2 dan Ring 3, yang aksesnya mulai kabur, seperti sinyal WiFi di kampung. Dan di antara Ring 1 itu, ada satu subspesies yang jarang disorot, si pembawa ember.

Mereka ini hebat. Masuk Ring 1, duduk dekat jagoannya, bisa selfie bareng, whatsapp gak dianggurin, nelpon diangkat, bahkan kadang bisa mendadak jadi “guru spiritual”“ading angkat”“sang Thor (yang mempunyai kekuatan petir)”“sangKoor (koordinator segala tim)“besi Berani (karena memang berani)”. Tapi kerjaannya… ya, bawa ember. Menampung amarah, menerima ludah politik, dan menjadi tempat pelampiasan ketika strategi gagal.

Masuk ring 1 itu ibarat masuk surga politik. Tapi kalau kamu cuma bawa ember, ya siap-siap jadi penghuni paling bawah. Bukan yang duduk di singgasana, tapi yang ngepel lantainya. Saat rezeki dibagi, mereka dapat sisa kuah. Itupun kalau enggak lupa dibagi.

Kalau yang lain dapat proyek, jabatan, atau setidaknya kartu nama dengan gelar “tenaga ahli,” mereka ini paling banter dapat 2M, “Makasih, Mas”. Ingat ketika ada pembagian THR. 

Hebatnya, mereka tetap setia. Doa mereka khusyuk:

“Ya Tuhan, jadikanlah para kolega kami cepat kaya, supaya perhatian bos beralih ke kami.”

Tapi ironi…
Semakin kolega mereka kaya, semakin deras setoran ke bos. Semakin sering bos menyebut koleganya dalam rapat, dan si pembawa ember makin ke pinggir, seperti logo KPU di baliho yang ketutupan foto calon.

Lama-lama, doa itu tak lagi. Bukan karena putus asa, tapi karena sibuk nyari ember baru, yang lama bocor kena air mata. Gubrakk….rasakan.

Jangan Lupa dong kepada si “pembawa ember”

Kepada Anda yang merasa bos, yang duduk di atas ring sambil memantau pertarungan. Ingatlah. Ada yang berdiri di sampingmu, membawa ember, bukan karena tak mampu berdiri di tengah, tapi karena tak kau beri tempat.

Wahai para jenderal tim sukses, konsultan strategi, dan influencer politik yang merasa di Ring 1 karena bisa bisik-bisik saat debat, jangan lupa, ludahmu itu ditampung oleh mereka yang tak punya jabatan, tapi tetap datang rapat, walaupun tidak penting-penting amat.

Maka, saat kelak kemenangan datang, jangan cuma bagi-bagi proyek ke yang dulu duduk di meja makan.

Ingatlah mereka yang berdiri di dapur. Yang bawa ember.

Bawa embermu, kawan. Dan semoga suatu saat, bosmu kehausan dan hanya kamu yang bawa air.

Penulis : Yandi Novia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Topik Populer