Salah satu temuan paling memukau dari galaksi MoM-z14 adalah bahwa cahayanya sebagian besar berasal dari bintang-bintang supermasif, bukan dari inti galaksi aktif yang digerakkan oleh lubang hitam supermasif. Rasio nitrogen terhadap karbon di galaksi ini bahkan lebih tinggi daripada yang dimiliki Matahari, menyerupai gugus bola kuno di sekitar Bima Sakti.
“Karena pola kelimpahan ini juga umum di antara bintang-bintang paling kuno di Bima Sakti, kita mungkin sedang menyaksikan langsung pembentukan bintang-bintang seperti itu,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.
Temuan ini membuka kemungkinan bahwa tabrakan bintang di lingkungan ekstrem galaksi awal bisa menghasilkan bintang supermasif. Dengan kata lain, MoM-z14 memberi para ilmuwan jendela untuk mempelajari secara langsung akar pembentukan bintang-bintang tertua di galaksi kita sendiri.
JWST Siap Dorong Eksplorasi Batas Kosmik ke Era Bintang Pertama
Penemuan MoM-z14 memberikan gambaran bahwa galaksi-galaksi terang pada masa awal memiliki dua bentuk utama: kompak (titik) dan menyebar, dengan komposisi kimia yang juga berbeda. MoM-z14, yang termasuk kelompok kompak, ternyata adalah salah satu pemancar nitrogen terkuat yang pernah ditemukan. Para peneliti menduga, kondisi ekstrem di masa awal memungkinkan terbentuknya struktur dan unsur kimia yang sangat berbeda dari galaksi modern.
Dengan keberhasilan JWST ini, para astronom optimis akan hadirnya penemuan lebih banyak galaksi purba di masa depan, terutama jika misi Teleskop Luar Angkasa Roman tidak dibatalkan. “JWST tampaknya siap mendorong perluasan besar-besaran terhadap batas kosmik,” tulis para ilmuwan. Redshift yang sebelumnya tak terbayangkan kini bisa dijangkau, membawa kita semakin dekat ke era lahirnya bintang-bintang pertama di alam semesta.
